Jumat, 24 Mei 2019

KESELAMATAN PASIEN


LITERATUR REVIEW
Keselamatan  pasien  di  rumah sakit (KPRS)   adalah   system   pelayanan   dalam suatu Rumah sakit yang memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman, termasuk didalamnya   mengukur   resiko,   identifikasi dan pengelolahan resiko terhadap pasien analisa  insiden,  kemampuan  untuk  belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan     solusi     untuk  mengurangi resiko (WHO,2004). Oleh karena itu diperlukan komitmen dan ethis dalam keperawatan.  Keselamatan  pasien merupakan suatu system yang sangat dibutuhkan dan dengan adanya system ini diharapkan dapat  meminimalisir  kesalahan dalam  penanganan pasien  baik pada pasien UGD, rawat inap maupun pasien poliklinik (PERSI, 2008)
Isu  keselamatan   pasien   merupakan   salah satu is u utama dalam pelayanan kesehatan. Patient safety merupakan sesuatu yang jauh le bih   penting   daripada   sekedar   efisiensi pelayanan.  Berbagai  resiko akibat  tindakan medik   dapat   te rjadi  sebagai   bagian   dari pelayanan kepada pasien (Pinzon 2008).
Wo rld Health Organizatio n (WHO)  pada tahun  2004  mengumpulkan  angka  -  angka penelitian rumah s akit di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan   KTD   dengan   rentang   3.2   – 16,6%.  Data    data  tersebut  menjadikan pemicu  berbagai  negara  segera melakukan penelitian    dan    mengembangkan    sis tem keselamatan pasien (DepKes, 2008).



Cara Melaksanakan dan Menerapkan SKP di RS :
Harus diingat bahwa SKP ada 6 sasaran, antara lain :
  1. Ketepatan identifikasi pasien
  2. Peningkatan Komunikasi efektif
  3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
  4. Kepastian tepat lokasi (sisi), tepat prosedur dan tepat pasien operasi
  5. Pengurangan risiko infeksi melalui 6 langkah cuci tangan
Pengurangan risiko pasien jatuh



KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN :
Penting!, mengingat nama dan identitas pasien yg lain adalah wajib. Oleh karena itu :
1. Untuk mengidentifikasi nama pasien dengan tepat, Rumah Sakit memasang gelang pasien yang mencakup minimal 5 (lima) warna a.l :
Biru                   = pasien laki-laki
Merah Muda      = pasien perempuan
Merah                = pasien dg alergi
Kuning               = pasien dg risiko cidera
Ungu                     = DNR
2. Berikan penjelasan tentang manfaat pemasangan gelang.
3. Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas, yaitu nama dan nomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
4. Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan identitas nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera pada gelang pasien
5. Identifikasi nama pasien wajib dilakukan pada saat:
a.  Sebelum memberikan obat
b.  Sebelum memberikan darah atau produk darah
c.  Sebelum mengambil specimen darah
d.  Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya



PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF :
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima   akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.



PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI :
Sebagai Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat yang perlu Kewaspadan :
1.      Elektrolit pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%, NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit pasien kecuali dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada area yang diijinkan sesuai kebijakan.
2.      Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas.
3.      Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi lainnya : Golongan opioid, anti koagulan, trombolitik, anti aritmia, insulin, golongan agonis adrenergic, anestetik umum, kemoterapi, zat kontras, pelemas otot dan larutan kardioplegia.
 KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT ORANG YANG OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi :
  1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
  2. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
  3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :
  1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
  2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
  3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)
  4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
  1. Gunakan tanda yang telah disepakati
  2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda
  3. Tandai pada atau dekat daerah insisi
  4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X” merupakan tanda yang ambigu)
  5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
  6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)
PENGURANGAN RISIKO INFEKSI MELALUI 6 LANGKAH CUCI TANGAN
Moment Cuci Tangan :
  1. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
  2. Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik
  3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
  4. Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive
  5. Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkungan
Adapun 6 langkah cuci tangan standar WHO adalah :
-    Buka kran dan basahi kedua telapak tangan
-   Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan urutan TEPUNG SELACI PUPUT sbb :
  1. Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan
  2. Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan sebaliknya.
  3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam
  4. KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
  5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
  6. Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya.
PENGURANGAN RISIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH
  1. Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh
  2. Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera
  3. Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk pasien dewasa, dan skala geriatric pada pasien geriatric.


DAFTAR PUSTAKA

Depkes     RI.    2008,    Panduan    Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.
          .   2008,   Pedoman   Pelaporan   Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety Incident Report), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.
Persi.   2011.   Join   Commution   International Standar Akreditasi RS.Edisi 4. Jakarta Gramedia
Persi, 2012.Seminar dan Workshop .Penerapan
Patient safety Menuju World Class Hospital
PERSI KKP-RS           2008.     Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko Klinis di Rumah Sakit