LITERATUR
REVIEW
Keselamatan pasien di rumah sakit (KPRS)
adalah system
pelayanan dalam
suatu Rumah sakit yang memberikan
asuhan pasien menjadi lebih aman,
termasuk didalamnya mengukur resiko,
identifikasi dan pengelolahan
resiko terhadap pasien analisa insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi
untuk mengurangi resiko (WHO,2004). Oleh
karena itu diperlukan komitmen dan
ethis dalam keperawatan. Keselamatan pasien merupakan suatu system yang sangat
dibutuhkan dan dengan adanya system ini
diharapkan dapat meminimalisir kesalahan dalam penanganan pasien baik
pada pasien UGD, rawat inap maupun pasien poliklinik (PERSI, 2008)
Isu
keselamatan pasien merupakan
salah satu is u utama dalam pelayanan kesehatan. Patient safety
merupakan sesuatu yang jauh le bih
penting daripada sekedar
efisiensi pelayanan.
Berbagai resiko akibat tindakan medik dapat
te rjadi sebagai bagian
dari pelayanan kepada pasien (Pinzon 2008).
Wo rld Health Organizatio n (WHO) pada tahun
2004 mengumpulkan angka
- angka penelitian rumah s akit
di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD
dengan rentang 3.2
– 16,6%. Data –
data tersebut menjadikan pemicu berbagai
negara segera melakukan
penelitian dan mengembangkan sis tem keselamatan pasien (DepKes, 2008).
Cara Melaksanakan dan Menerapkan SKP di RS :
Harus diingat bahwa SKP ada 6
sasaran, antara lain :
- Ketepatan identifikasi pasien
- Peningkatan Komunikasi efektif
- Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)
- Kepastian tepat lokasi (sisi), tepat prosedur dan tepat pasien operasi
- Pengurangan risiko infeksi melalui 6 langkah cuci tangan
KETEPATAN
IDENTIFIKASI PASIEN :
Penting!,
mengingat nama dan identitas pasien yg lain adalah wajib. Oleh karena
itu :
1. Untuk mengidentifikasi nama pasien dengan tepat, Rumah Sakit memasang gelang pasien yang mencakup minimal 5 (lima) warna
a.l :
Biru
= pasien laki-laki
Merah Muda = pasien perempuan
Merah
=
pasien dg alergi
Kuning
=
pasien dg risiko cidera
Ungu = DNR
2. Berikan penjelasan tentang manfaat pemasangan
gelang.
3. Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas,
yaitu nama dan nomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien.
4. Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan
identitas nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera pada gelang
pasien
5. Identifikasi nama pasien wajib dilakukan pada
saat:
a. Sebelum memberikan obat
b. Sebelum memberikan darah atau produk darah
c. Sebelum mengambil specimen darah
d. Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnya
PENINGKATAN
KOMUNIKASI EFEKTIF :
Komunikasi
efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima
akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang
paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang
diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah
pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis
menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
PENINGKATAN
KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI :
Sebagai Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat yang perlu
Kewaspadan :
1.
Elektrolit
pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%, NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit
pasien kecuali dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk mencegah
penggunaan yang tidak seharusnya pada area yang diijinkan sesuai kebijakan.
2.
Elektrolit
pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label yang jelas dan
disimpan di tempat dengan akses terbatas.
3.
Obat-obatan
yang memerlukan kewaspadaan tinggi lainnya : Golongan opioid, anti koagulan,
trombolitik, anti aritmia, insulin, golongan agonis adrenergic, anestetik umum,
kemoterapi, zat kontras, pelemas otot dan larutan kardioplegia.
KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT ORANG YANG OPERASI
Indikator Keselamatan Operasi :
- Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
- Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
- Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.
Tandai
lokasi operasi (Marking), terutama :
- Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
- Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
- Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)
- Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
Anjuran
Penandaan Lokasi Operasi
- Gunakan tanda yang telah disepakati
- Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda
- Tandai pada atau dekat daerah insisi
- Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda “X” merupakan tanda yang ambigu)
- Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
- Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)
PENGURANGAN RISIKO
INFEKSI MELALUI 6 LANGKAH CUCI TANGAN
Moment Cuci
Tangan :
- Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
- Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik
- Setelah terpapar cairan tubuh pasien
- Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive
- Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkungan
Adapun
6 langkah cuci tangan standar WHO adalah :
- Buka kran dan
basahi kedua telapak tangan
- Tuangkan 5 ml
handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan urutan TEPUNG SELACI
PUPUT sbb :
- Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan
- Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan sebaliknya.
- Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam
- KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
- Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya
- Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya.
- Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh
- Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera
- Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk pasien dewasa, dan skala geriatric pada pasien geriatric.
DAFTAR
PUSTAKA
Depkes RI.
2008,
Panduan
Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Patient Safety), 2 edn, Bakti
Husada, Jakarta.
. 2008,
Pedoman Pelaporan
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) (Patient Safety
Incident Report), 2 edn, Bakti Husada, Jakarta.
Persi. 2011. Join Commution International Standar Akreditasi
RS.Edisi 4. Jakarta Gramedia
Persi, 2012.Seminar dan Workshop
.Penerapan
Patient
safety Menuju World Class Hospital
PERSI KKP-RS 2008. Workshop Keselamatan Pasien dan Manajemen Resiko
Klinis di Rumah Sakit